Damayanti & Nala : Terlantarkan Di Belantara Tak Bernama

“Bumbu masak, sayuran dan buah-buahan segar, dia pasti pergi untuk mengumpulkan itu.” Pikir Damayanti, ketika ia terjaga dari tidurnya, dan menyadari tak seorang pun di sisinya. “Nala?” Namun gung liwang-liwung itu senyap sekali. Suatu hal sedang berjalan tidak seperti sebagaimana seharusnya.

“Nala?”

Ia lalu bangkit dan berjalan diantara lebatnya pohon-pohon raksasa dan berseru memanggil, “Nala!”

Tak ada jawaban.

Mulai menjadi panik maka berteriak-teriak keras-lah putri raja Bhima dari Vidarbha itu. Suaranya menggema di seluruh hutan, “Rajaku! Nala!”

Masih tak ada jawaban, bahkan sahutan dari pepohonan pun tidak.

“Wuaaaaaa, kekasihku telah pergi,” ia meratap. Dalam kepanikan itu, ia marah, frustasi dan menjadi setengah gila, menanyai setiap pepohonan di hutan: “Dimanakah Nala? Dimanakah Raja Nishada berada? Adakah dia menelantarkan aku di hutan ini? Bagaimana ia bisa begitu tega? Lelucon kejamkah ini, yang dimainakan oleh lelaki gila yang kehilangan segalanya di hutan? Nala!”

damayanti-1347849588_org

Sekarang ia menangis tersedu-sedu seraya berjalan berkeluyuran di belantra tak bernama, sepenuhnya tersesat, sebab ia telah lupa jalan menuju Vidarbha, lupa pada tanda yang pernah ditunjukkan oleh Nala padanya. Lalu ketika ia melihat semak-semak yang bergerak-gerak, seseorang mungkin sedang bersembunyi, dia menjerit. “Nala!”

“Kamu kah itu? Keluarlah dan hentikan permainan ini, ini sudah tidak lucu lagi, dan ayo lekas pergi ke Vidarbha menemui ayahku.”

Lantas ia berlari menyisir hutan yang rapat diantara pohon yang satu menuju pohon yang lainnya, menyesatkan dirinya sendiri masuk lebih jauh kedalam kegelapan hutan hingga akhirnya ia mencapai gorong-gorong dalam yang berada tengah hutan dan tidak lagi bisa pergi lebih jauh. Semula dia mengira akan dapat mengikuti jejak yang beberapa membekas di atas tanah di tanah. Tapi itu hanya jejak binatang buas yang menghilang dan berakhir ke dalam gorong-gorong.

“Wuaaaaa,” Ia mulai menangis lagi. ”Nala!” Ia meratap seperti janda, tersesat dalam nestapa, air mata jatuh menodai pipinya yang mulus tak bernoda. Akhirnya, dia duduk lemas pada sebuah batang pohon kering di antara rumput-rumput liar nan tinggi di tepi gorong-gorong. Berduka cita, bercucuran air mata dan tak ada yang menghiburnya.

Tatkala ia menangis, seekor ular ganas dan sangat kuat keluar dari bawah batang pohon. Karena tenggelam dalam kesedihan, dia tidak menyadari bagaimana ular itu mulai merayap melingkari kakinya, dalam sekejap perempuan itu pun tertangkap kedalam belitannya, dan ketika sadar itu sudah sangat terlambat.

“Nala!” dia menjerit histeris ketika ular itu membelit semakin kuat. “Tolong aku!”

Tetapi kini Nala sudah sangat jauh entah dimana dan tidak mendengar jeritan putus asa isterinya. Roh Kali telah merasuki jiwa Nala menjadi bagian lain dari kegelapan hutan dimana dia berkelana dan tersesat.

Kebetulan, ketika itu ada seorang pemburu yang sedang menempuh perjalan untuk mencari mangsa. Dia sudah lama menelusuri jejak seeokor rusa jantan yang telah mencebur kedalam air di serokan. Mendengar jeritan seorang perempuan, dia terkejut lalu berlari ke arah dimana kini Damayanti duduk menggeliat tak berdaya, berjuang melawan ular besar yang mengerikan, kuat dan tetap bergeming ketika dipukul.

Sang pemburu menarik busur, seketika panah itu kemudian melesat menghujam ular tepat di kepalanya. Damayanti menggeletarkan tubuhnya membebaskan diri, lalu si pemburu tahu-tahu sudah menangkap ular itu dan mengeluarkan kapak yang tajam yang terselip di pinggangnya dan dengan sekali tebas ia memotong binatang melata itu. Seketika ular itu mati terbunuh.

Melihat darah hitam muncrat dari kepala ular yang terputus itu, Damayanti pun jatuh pingsan.

Sang pemburu merasa kasihan dengan gadis yang tersesat di hutan itu, ia lalu membawanya ke sungai dan membasuh dahinya dengan air dingin. Dan ketika Damayanti telah siuman, ia memberinya makan dari perbekalan yang dibawanya dan memberinya buah-buahan segar dan air minum. Merasakan ketakutannya reda dan kelaparan terobati, Damayanti berterimakasih pada sang pemburu dan tersenyum.

Sang pemburu pun terpesona dengan kecantikan Damayanti. Dan karena basah oleh air yang bercucuran sejak perjalanan di hutan mencari Nala, blus penutup badanya terlihat lekat dan ketat, membuat setiap lekuk tubuhnya yang langsing dan semok kentara sekali. Dan tatkala Damayanti sedang makan, sang pemburu pun memegang tangannya, di penuhi dengan gairah.

“Oh, gadis hutan yang bermata hijau,” katanya. “Oh dinda cantik yang tubuhnya segesit rusa, siapakah engkau? Mengapa engkau berada di hutan yang gelap ini?”

Hampir pingsan karena ketakutan, mata Damayanti membelalak. Siapa pria ini? Ia mempermainkannya dengan sanjungan kata-kata yang manis.

Sang pemburu mulai berani dan memegangi Damayanti lebih kuat. Sang pemburu telah mabuk kepayang, dalam imajinasinya ia tengah menatap Damayanti sudah setengah telanjang, hanya sedikit pakaian yang menutupi tubuhnya. Ia dengan buas memelototi payudaranya yang penuh dan pinggulnya yang bulat, lehernya yang jenjang tangannya yang lembut dan betisnya dan pahanya yang mulus, dia menjadi terbakar oleh birahi.

Kemudian ia menggerataki wajahnya yang seperti bulan purnama, matanya yang berseri seperti bunga seroja dengan bulu-bulu mata yang lentik, dia menjadi semakin gila dan penuh nafsu.

Damayanti yang masih suci pun terkejut. Dia mengayunkan sang pemburu, mendorongnya, dan murka “Beraninya kau menyentuh ratu dari Nisadha!” katanya berang. “Nala akan membunuhmu.”

Pemburu itu tertawa. “Siapa Nala? Kita sendirian di hutan ini. Barangkali itu adalah karma, nubuat untuk kita, takdir kita berada bertemu disini dan bersama.” Katanya. Sang pemburu mengeluarkan pisau dan mengosok-gosokkan bagian yang tajam dengan ibu jarinya. Dia menyeringai lalu merenggut lengan Damayanti. “Apa yang tidak diberikan dengan suka rela dan cinta,” katanya, “bisa di ambil dengan paksa.” Ia memamerkan pisau nan mengkilat di genggamannya, tujuannya sudah jelas.

Pemburu melirik dan menarik tubuh Damayanti lebih dekat kedalam genggamannya. Tetapi Damayanti, perempuan suci dan beriman pada Tuhan-nya, mengutuknya, “Jika aku seorang istri Nala yang sah dan belum berdosa, jika aku masih murni dan tak tercampuri oleh perbuatan nista, maka biarkan makhluk buas ini mati tersungkur di tanah.” Begitu kutukan Damayanti terlontar, pemburu bejat itu seketika tewas ambruk di tanah, seperti pohon yang roboh tersambar petir.

Setelah tewasnya sang pemburu, Damayanti pun seorang diri mulai berjalan lagi menjelajahi hutan belantara yang menyeramkan, mengancam dan penuh bahaya. Terdengar bunyi jangkrik yang mengerik menjadikan hutan yang gelap semakin mencekam. Dia kemudian berjalan lembut dan hati-hati melewati gua singa, melintasi tempat persembunyian harimau, rusa, banteng dan binatang buas lainnya. Berbagai jenis burung beraneka warna berlompatan dari dahan-kedahan. Hutan ini tak berpenghuni sebab disana hidup banyak kanibal dan bangsa pemakan daging manusia. Damayanti lalu mengambil jalan menjauh melewati sarang manusia-manusia rakus dan para pencuri, dimana manusia-manusia liar dan perampok tinggal.

Pelbagai pohon tumbuh di hutan itu dari pohon bambu hingga pohon beringin, kemudian pohon buah-buahan; jambu, mangga dan nangka lalu pohon besar dan berbatang kuat pohon asam dan kayu eboni. Dia kemudian berjalan melewati rumpun apel merah dan mangga, lalu melewati kebun tebun. Ia mengambil jalan dimana banyak bunga yang mekar: Seroja, Dahlia dan Melati. Ia kemudian berhenti di bawah ribunan pohon ara yang bayangannya meneduhinya dari matahari yang menyengat dan pohonnya menjatuhkan buah. Ia memakan buah ara yang jatuh itu.

Ia mulai melangkah lagi memasuki lipatan hutan selanjutnya, kini mencapai rumpun pohon beringin yang sudah sangat tua. Sulur-sulur beringin yang rumit, ruwet dan kusut menjulur-jurlur menghambat jalannya untuk mencapai sungai kecil. Sungai dan anak sungai mengalir deras melalui hutan melalui rawa-rawa. Sekarang rumpun pohon lebih bermacam-macam lagi. Dan Damayanti menyusuri rumpun demi rumpun, tersesat, masih mencari suaminya Nala yang telah dikuasai oleh roh Kali.

Ketika dia telah melewati tempat yang rimbun, celah-celah gunung nampak kehijauan, danau dan pantai nampak lembut seperti genangan kristal. Burung-burung dan binatang buas segala bentuk dan jenis pun berkeliaran disana di hutan yang penuh demit, lelembut, peri dan kurcaci. Dia terheran dengan banyak rupa tempat persinggahannya ke hutan itu. Tetapi tidak dimanapun ia melihat gerangan Nala berada. Kemudian dia merana lagi seperti sia-sia mencari. Setiap tubuhnya menggingil oleh penderitaan.

Di telah berjalan melenceng semakin jauh sejak lupa jalan menuju Vidarbha, kelaparan dan stress karena terpisah dengan suaminya, dan ia mulai meratap lagi.

Oh Raja Nisadha,
dikau yang perkasa,
berdada lapang dan berlengan kuat,
kemana engkau pergi
dan mengapa engkau meninggalkan daku
di hutan tak bernama?
Oh Tuanku
akankah aku mati sendirian
sengsara di hutan, dicabik-cabik binatang buas?
Duhai, Kekasih,
mengapa engkau meninggalkanku?

Dan Damayanti bangkit lagi dan pergi ke utara sampai berhari-hari ia kemudian mencapai rumpun-rumpun pohon dimana pertapa suci membuat pertapaannya di hutan yang keramat.

I do fall in love to this Damayanti, as a man. As a storyteller I am about to completely love these tale and wish to retell as completed.

Damayanti dan Nala (C) Andy Riyan
Terlantarkan Di Belantara Tak Bernama| @jejakandi

26 Comments Add yours

  1. momo taro says:

    Kenapa suka sama Damayanti yang ini?

    Like

  2. jejakandi says:

    Oh maybe just like Nala, fall in love since what brahmana told him.

    Damayanti, Wilutama dan Kamaratih, aku sudah jatuh cinta sejak mendengar namanya. Dan setelah membaca kisah Damayanti secara menyeluruh oh dia benar-benar istimewa secara manusiawi, dan mulailah mengarang cerita dari kisah itu.

    Liked by 1 person

  3. Mantap. Salam kenal mas 🙂

    Liked by 1 person

    1. jejakandi says:

      Salam kenal juga, :v

      Liked by 1 person

  4. Anonymous says:

    Hehe sesudah baca kisah Damayanti lanjutan, ya saya jadi tau mengapa mas memilih cerita ini..better late than missing..Salaam

    Like

    1. jejakandi says:

      Salaaaaam, Mbak Damayanti. Benarkah sekarang tahu mengapa cerita ini dipilih? Atau komentar sebelumnya dipostingan ini telah memberitahukan mu? 🙂

      Like

  5. Yanti says:

    Sorry..nama saya kehapus gak sengaja

    Liked by 1 person

  6. Yanti says:

    Aku baru selesai membaca ulang sambungan kisah ini. Iyaah aku udah lumayan mengerti mengapa mas memilih diaaa

    Like

    1. jejakandi says:

      Coba mengapa aku memilih damayanti? Kalau kamu bilang karena kecantikannya… salah besar!!

      Like

  7. Yanti says:

    Kok aku baru melihat lagi postingan ini..😨So, mungkin kalau sudah membaca keseluruhan cerita aku akan bertambah mengerti.

    Like

    1. jejakandi says:

      Ya kemana aja sih hahaha… Sebenarnya masih panjaaaaaaaaaaaang banget, tapi mau nyertian kembali aduh butuh waktu. Butuh feel untuk menyesuaikan dengan zaman now

      Like

  8. Yanti says:

    Aku jadi memerlukan kamus deh. Ada ‘semok’ ..apa tuh artinya. Lalu ada ‘ menggerataki’, perasaan sih itu kerjaannya tikus. Dan itu penjahatnya lucuuu hwahaha

    Like

    1. jejakandi says:

      semok itu… ah gimana ya, tubuh perempuan yang aduhai dengan segala lekuk kesempurnaannya begitu. Kerjaan tikus mah mengerati bukan menggerataki.

      Like

  9. Yanti says:

    Kamu pinter dehh cerita dehh membaca kontras antara kekasaran orang jahat itu dengan kehalusan dan kecantikan Damayanti..😻😻🍦

    Like

    1. jejakandi says:

      Ahaaa thank you,

      Like

  10. Yanti says:

    Maksudku aku membaca kontrasnya itu

    Like

  11. Yanti says:

    Eeeh that bad guy is in fact rude and sadis 😈….Leave me alone 😠

    Like

    1. jejakandi says:

      The world without wicked, impossible! The world without evil, the good will never happen, the world without its pair… it’s not the world anyway.

      Like

    2. jejakandi says:

      The world without wicked, impossible! The world without evil, the good will never happen, the world without its pair… it’s not the world anyway.

      Like

  12. Yanti says:

    Yeah I must agree….becaoooose the wicked one is you hahahhhha, …….and the good one is….me hihihi👩👹

    Like

    1. jejakandi says:

      Ahahaha yeah I am the wicked one and I am proud to be who I am. To make other people feel better and more confident and motivated… because there is someone like me who always struggle to be that good, it’s a good thing anyway… Yeah good at least for me.

      Like

  13. Yanti says:

    Ooo jaddi kisah ini panjang banget dan lamaaa. Kalau nyeritainnya sambil naek gunung bisa nyampe ke Shangri-la, di Himalaya, nanti ketemu putri Manohara yang cantik juga walau gak semok kayak miss damayanti ..
    👩

    Like

    1. jejakandi says:

      Betuuuuuuulll makanya aku sering frustrasi kalau ada yang pengen aku bikin cerita terus.

      Like

  14. Yanti says:

    Aduh salah bukan miss damayanti (me no semok). Maksud saya Damayanti Nala..

    Like

  15. Yanti says:

    Yeah..hey wicked guy.. yeah I’m feeling better and motivated now, though not confident yet.
    Bolehlah sekarang..
    We are the world
    We are the children…A better world for you and all of us.

    Like

Katakan sesuatu/ Say something

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.