Mumpung masih awal banget untuk membuat daftar ketetapan hati (resolution) yang ingin di capai sepanjang tahun 2017. Ibarat mendoan tempe yang baru di angkat dari penggorengan, sedang anget-angetnya dan enak-enaknya. Kali ini aku ingin menuliskanya dan mempublish di blog ini. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya (2013, 2014,2015) dimana aku menuliskan resolusi hanya di buku atau file dan tak pernah di publish di blog. Alasannya, pertama aku malu. Yang ke-dua aku tidak cukup memiliki keberanian seandainya ketetapan-ketetapan hati itu tidak pernah tercapai. Mungkin aku masih terlalu mengasihani diri sendiri, takut akan menjadi image yang jelek untuk ku. (Padahal sejak kapan aku sok jaga image? muka aja gak punya *ketawa sedih)
Simak juga Refleksi & Resoslusi : Menemukan Jati Diri dan Membuat Ending Novel
Membuat resolusi biasanya muluk-muluk kan, ya? Tapi jika resolusi itu benar-benar disikapi dan terus dievaluasi, aku kira itu bagus. Ketika kita kehilangan tujuan atau terlalu melenceng dari harapan, kita bisa lekas-lekas meluruskannya. Namun yang lebih penting dari resolusi adalah keberanian untuk mewujudkannya.
Percuma bermimpi besar, jika tidak ada komitmen untuk mewujudkannya.
Sedikit cerita saja, Januari 2016 silam, aku tidak menuliskan resolusi, sedikitpun! Ketika tiba saatnya akhir tahun, aku mencoba melihat pencapianku selama 2016. Aku tidak tahu yang mana yang gagal dan yang mana yang berhasil atau bahkan outstanding (melampui harapan). Dan selama 2016 itu juga seolah aku hidup tanpa tujuan. Tanpa gairah untuk lebih berkembang. Aku merasa puas dengan kehidupan yang kujalani, aku merasa nyaman dan tak kekurangan apa-apa. WTF! Sangat melelahkan! Kalau kata Tangga : Tak ada tantangan yang kau berikan membuatku bosan! Aku benar-benar merasa rendah diri.
Jadi begini sebagian resolusi yang ingin di update untuk 2017. Yang pertama dan kedua sudah di update kemarin. Walaupun itu realisasinya jangka panjang sampai lima tahun ke-depan. Nah berikut adalah yang ke-tiga dan selanjutnya.
Khatam Al-Qur’an 6 Kali
Wuuuuuih apa ini. Enam kali mungkin bagi temen-temen itu sangatlah gampang. Jujur bagi aku itu sangat sulit. Sepertinya aku bisa khatam Al-Qur’an itu ketika bulan Ramadhan saja, dan itu pun hanya 2 kali. Setelah itu atau sebelum itu, membacanya tidak konsisten. Jadi alasanku ingin mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 6 kali setahun itu, untuk belajar konsisten. Jadi perhitungannya begini : Satu tahun = 12 bulan, jadi setiap 2 bulan aku khatam sekali. 30 Juz di bagi 8 minggu yaitu 3.75. Jadi setiap akhir minggu (Jum’at) aku harus mengevaluasi pencapaianku jika di bulatkan menjadi 4 juz/minggu. Jika evaluasi harian, 5-6 halaman/hari. Semoga!
Pada bulan Juni atau Juli nanti sudah konsisten Sholat Tahajud dan Sholat Dzuha.
Setiap hari aku bangun jam 3 pagi atau kadang jam 5. Tapi heran, aku merasa males banget untuk Tahajud. Dan dulu pas masih kuliah, aku sudah terbiasa banget Sholat Dzuha. Aku gak tahu sebabnya kebiasaanku itu bisa hilang begitu saja, karena kerja? Itu jelas alasan mengada-ada. Dan kenapa realisasinya konsisten di bulan Juni atau Juli? Untuk Sholat Sunnah seperti itu, bukanlah hal yang mudah. Aku bahkan punya bayangan selama bulan pertama (Januari) pasti banyak yang bolong. Membuat kebiasaan seperti itu tidak bisa terjadi dalam semalam. Untuk bulan Juni atau Juli itu sepertinya target paling realistis.
Menyelesaikan 3 buku
Target ini sebenarnya sangat luarbiasa prestisius. Menyelesaikan 3 buku dalam setahun? Gila! Aku bahkan sudah merencanakan buku pertamaku sejak tahun 2013 dan sampai hari ini belum selesai. Beberapa sering kusadari kenapa tidak selesai, karena aku masih kelabakan untuk mengakhiri sebuah cerita. Lebih dari itu… sebenaranya aku terlalu menghasihani diriku sendiri. Dan mungkin gegara ini juga yang dulu membuat aku ragu untuk melamar seorang gadis: pernah aku berencana menyelesaikan kumpulan prosa (membukukannya) dan karena aku tidak bisa mewujudkannya aku menjadi ragu dan menjadi rendah diri. Padahal tinggal membukukan, terserah satu tema atau tidak! terserah bagus atau tidak! terserah terbit atau tidak! Tetapi aku tidak pernah bisa menyelesaikannya. Target ini sebenarnya ada hubungannya dengan resolusi pertama dan resolusi kedua, tentang style menulis dan mulai membiasakan diri menyelesaikan cerita. Jadi jika aku menyelesaikan 3 buku dalam setahun ini, mungkin resolusi pertama dan ke-2 yang sifatnya jangka panjang bisa tercapai. Dan sebagai catatan, ketiga buku ini tidak harus terbit yang penting selesai. Agar tidak menjadi rendah diri lagi.
Itu saja sebagian resolusi yang aku update di blog. Yang lain tetap ditulis dalam buku.
Dan tiba-tiba untuk tahun 2017, ada apa sebenaranya kok sebagian resolusi pengen dipublish? Jujur aku malas jawab tidak tahu. Sulit aku mengatakan alasan yang sebenarnya, karena yang aku pikirkan ini begitu rumit. Tapi begini saja: aku pengen setiap minggu membahas realisasi dari target yang akan aku jalani selama 2017. Ibaratnya ketika menuliskan suara pikiran, ada bahan tambahan untuk mengevaluasi target, per-hari kah? Per-minggu kah per-bulan atau persemester. Tapi jangan harap evaluasi ini akan dipublish di blog juga.
Jika berani bermimpi! Maka harus berani mewujudkannya
Seperti Antonio Conte, aku tidak ingin mengenal kata ‘GAGAL’. Jika aku tidak berhasil mewujudkan ketetapan-ketetapan hati itu, aku bukan seorang yang belum berhasil… tetapi jelas aku seorang PECUNDANG! Tidak ada kata ‘yang penting aku telah melaksanakan dengan sebaik-baiknya’. Sebaik apapun, seberapa keras bagaimanapun, jika aku gagal ya gagal. Kata-kata seperti yang penting prosesnya atau yang serupa yang penting telah melaksanakan sebaik-baiknya hanyalah alasan-alasan para pecundang untuk menutupi kekerdilan. Semakin sering mengucapkan kata itu berarti semakin berhasrat memang untuk gagal dan tidak mencintai diri sendiri alias terlalu lembut dan mengasihani diri. Why? Because :
Tolerance just fittin’ for coward!
Andy Riyan, 2 Januari 2017
Katakan sesuatu/ Say something