ALGORITMA DAN RESOLUSI TAHUN 2018

Malam telah larut, suasana di desa sudah semakin sepi dan sedang beranjak untuk jatuh dalam lelap. Aku mengambil panci kemudian merebus air, entah bagaimana algoritma* ini selalu berjalan secara otomatis. Algoritma yang mana? Begini ketika aku mengambil panci dari rak tangan kiriku otomatis membuka keran kemudian dengan cekatan tangan kanan menempelkan mulut panci ke ujung keran dan hanya dalam hitungan ke lima tangan kiri sudah otomatis lagi menutup keran kemudian aku memutar badan sejauh 190 derajat maju beberapa langkah dan lagi-lagi secara otomatis panci pindah dari tangan kanan ke tangan kiri diikuti gerakan tangan kanan memutar knob kompor dan langsung menaruh panci itu di atas api.

Algoritma selanjutnya pun kalau dipikir-pikir juga sangat mencengangkan; setelah memastikan api biru menyala baik di bawah panci, aku mengambil gelas kemudian menyendok tiga sendok kopi dan setengah sendok gula, kemudian berdiri mematung sekitar 3-4 menit di depan kompor beserta pancinya lalu menuang air mendidih itu perlahan-lahan dengan jarak kira kira setengah meter tingginya antara mulut panci dengan gelas.

Semua algoritma ini berjalan hampir tak pernah kusadari. Dan menyadari algoritma-algoritma yang terjadi dalam kehidupanku ini membuatku benar-benar tercengang, bahwa apa yang aku lakukan itu merupakan sebuah repetisi yang jika terjadi suatu hal– hingga repetisi itu tidak berjalan secara wajar— sedikit perubahan perilaku akan terjadi pada hidupku.

Bagaimana mungkin diantara jutaan kemungkinan ini aku sering memilih hal yang sama atau lebih menyukai hal yang sama untuk dilakukan atau untuk disenangi berkali-kali. Dan bagaimana mungkin pula aku menjadikan diri sendiri terjebak menjadi objek observasi, untuk sebuah teori yang kubangun bertahun-tahun yang lalu bersama sahabatku yang kini entah dimana rimbanya. Pada sebuah teori itu kami mengajukan kesimpulan: Manusia yang sampai tidak menyadari apa yang dilakukan dirinya sendiri, siapa dirinya dan sedang apakah dirinya adalah robot kehidupan yang dibentuk oleh otaknya sendiri. Terjadinya Chaos dan kegagalan dalam banyak aspek kehidupan seseorang adalah karena ketidakmampuannya mendefinisikan eksistensinya menjadi manusia yang sepenuhnya sadar akan dirinya. Kalau demikian apa bedanya dengan binatang? Yang naluri dan alamiyahnya adalah karena dorongan nafsunya? Entahlah!

Ya entahlah yang jelas kini sekarang—alhamdulillah—aku sedang berada dalam kesadaran untuk menuliskan tentang Resolusi Tahun 2018

Kopi telah setengah gelas ku tegak. Duduk di depan komputer, pikiranku melayang menuju masa depan. Aku berandai-andai. Setelah sedemikian terlalu tua untuk disebut bocah, semua andai-andai itu menjadi kalang-kabut semakin tidak jelas. Aku pun kembali pada masa kini. Menjadi sangat realistis dan cenderung pesimistis terhadap masa depan. Jika ada yang aku benci menjadi dewasa… If there’s one thing to hate of growing old is I’m affraid to have a dream, fear to have high expectation, beautiful imagination of the land of the elves… adalah aku menjadi takut bermimpi, menjadi takut memiliki impian yang tinggi, imajinasi yang indah di negeri para peri.

20181
Tahun baru lembaran baruuuuuuuuuu! Pret!!! —>> http://saboronthebay.com/wp-content/uploads/2017/10/2018.jpg

Kemudian aku pun menjadi males untuk menulis resolusi tahun 2018; masih banyak resolusi tahun 2017 yang belum terwujud. Seperti resolusi yang pernah aku tulis di blog ini kalau sepanjang tahun 2017 ini aku akan mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 6 kali, nyantanya aku cuma mampu melakukannya 4 kali itu pun dengan menyeret-nyeret kaki dan seperti sambil menutup hidung ketika melewati tempat-tempat yang super busuk. Seperti resolusi di akhir tahun aku akan menyelesaikan 3 buku; entahlah tahun ini, benar-benar tahun yang tidak bersahabat dengan dunia penulisan; aku macet di sepertiga akhir. Ya semua buku yang sudah aku bangun pondasinya sejak tahun 2015 itu tidak berkembang lagi, padahal… ya memang tidak hanya padahal sih… sebab ujung-ujungnya klimaks dan ending adalah hal terpenting dari sebuah buku; ketiga buku itu gagal mendapat ending dan klimaksnya. Entahlah!

Hanya buku ke-empat saja yang sudah selesai, beberapa orang sudah aku mintai untuk membacanya, dan itu pun masih banyak kekurangan. Niat awalnya setelah menyelesaikan buku ini akan aku rombak besar-besaran biar menjadi buku yang utuh dan lengkap, tapi tahun ini memang tahun yang tidak bersahabat. Terlalu lama riset. Parahnya riset yang juga tak membentuk, sebaliknya malah membuat segalanya menjadi tak karuan. Rombak sana-sini, tembel sana-sini, malah bocor sana sini. Rumit!

2018. Tidak mau menulis resolusi lagi. Rasanya benar-benar menjadi pecundang sekarang. Sepertiny pun aku tidak mau lagi menulis resolui untuk tahun-tahun yang akan datang meski masih di beri usia untuk hidup. Jadi untuk amigos yang masih semangat untuk menulis resolusi terskanlah dan jangan hiraukan tulisan yang menurutku akan membuat penulisnya semakin menjadi pecundang kalau tidak terwujud. Payah.

pes_2018_logo2
Lagi nge-hank nih penulisnya? —>https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/1e/PES_2018_logo2.png

*Algoritma:

  • Cabang ilmu Matematika, Matematika Komputasi dan Pemograman Komputer yang memuat urutan kejadian atau urutan eksekusi, urutan kemungkinan, urutan konsekuensi dan pemrosessan yang dimulai dari Start dan diakhiri oleh End dari suatu proses apa saja. (Penulis)
  • In mathematic and computer science, an algorithm is an an unambiguous specification of how to solve a class of problems. Algorithm can perform calculation, data processing and automated reasoning tasks (di kutip dari laman wikipedia, terjemahan bebas oleh penulis : Dalam matematika dan komputer sains, algoritma adalah sebuah spesifikasi yang tidak ambigu tentang bagaimana untuk menyelesaikan sebuah kelas (kategori, rincian, solusi, penyelesaian, kemungkinan) dari berbagai macam permasalahan. Algoritma dapat menyajikan atau melakukan kalkulasi, memores data dan tugas-tugas yang beralasan “secara otomatis”. Read more on Wikipedia here

Feature image klik di sini

(C) Andy Riyan

2 Comments Add yours

  1. Grant says:

    Sepertinya resolusi tidak perlu ditulis ya. Aku juga nggak mau tulis2. Jalani hidup apa adanya aja. Paling2 bikin target untuk sehari-hari saja. Nggak usah yg muluk2. Biar nggak pusing. 😀

    Like

    1. jejakandi says:

      Pusingnya sih enggak, Mbak. Dan juga hidup kan memang harus terencana. Tahun ini ngapain, 5 tahun lagi sudah ngapain gitu. Dan menulis resolusi… Dilematis juga sih 😀😀

      Like

Katakan sesuatu/ Say something

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.