“Maaf jika ini membutamu meradang. Sedari dulu, inilah diriku. Selalu ke-aku-aku-an. Sulit membuatnya terbuka dan menjadi sisi yang lain.”
“Harapkan semoga niat ini begitu tulus: Membuka kedua telapak tangan, menyambutmu sebagai sebuah kesatuan jiwa, menjadi “kita”.”
“Terlepas dari sudut pandangmu, jujur aku muak dengan semua ini. Tapi bagaimana lagi, aku harus bertahan hidup.”
“Terdapat banyak sentimen mengenai diriku. Belum sampai mengenai pola pikirku, bahkan sejak disebutkan namaku, ada terdapat pagar yang membentengi nalar dan nurani.”
“Ada banyak cinta dan benci terhadap diriku. Namun kesemuanya dari itu hanyalah ilusi. Mereka mencintai yang tidak ada pada diriku. Dan mereka membenci yang tidak ada pada diriku.”
“Atau memang aku harus datang, dan membisikkan keraguanku padamu? Aku adalah wujud yang tak dapat kau sentuh, sebelum merasakan hangat jemariku.”
Sebuah Prosa dari Complicated Pola oleh : Andy Riyan, 2015