Duduk. Kemudian menyalakan komputer dan membuka aplikasi wordproressor… dan… kemudian bingung apa yang harus dituliskan. Satu menit dua menit masih terpaku menatap layar monitor. Jari-jari kemudian bergerak-gerak menuliskan entah apa, selanjutnya tanpa sadar betul apa yang tengah dilakukannya, telunjuk kanan menekan tombol backspace hingga tak satu karakter pun tertulis di layar. Karena bosan, akhirnya ada sebuah keputusan untuk menyalakan internet. Tapi Ironi! Hal yang pertama kali dilakukannya adalah membuka wordpress–mungkin karena rindu ingin menuliskan sesuatu di sana. Kemudian cemas dan bingung lagi mau menuliskan apa. Tidak hanya sekali dua kali aku tersiksa dengan aktivitas semacam ini. Sudah lama sekali bahkan sejak aku belum membuat blog di wordpress bahkan lebih jauh lagi sebelum di tumblr.
Aku bisa saja mempraktikkan semua teknik untuk menulis dan mengalirkan ide. Tapi semua teknik itu hanya ampuh ketika aku tulis di buku harian dan di draft komputer… dan tulisannya hanya layak untuk dikonsumsi pribadi. Tidak untuk dibagikan atau di post di blog.
Aku punya cerita bagaimana teknik-teknik itu secara ampuh telah mengobati diriku yang tersiksa.
Dulu aku pernah tersiksa seperti sekarang ini, menderita sakit batin yang terus-menerus karena tidak bisa menuangkan apapun di dalam lembaran-lembaran atau media apapun yang sifatnya adalah untuk konsumsi publik. Kemudian pada suatu hari aku terdampar di sebuah perpustakaan dan menemukan buku serial Quantum–reading-writting-learning– yang ditulis oleh Pak Hernowo Hasim. Aku mencoba mengatasi masalahku dengan mencoba mengikuti petunjuk-petunjuk di sana. Aku pun kemudian memberanikan diri menulis apapun, dan sedikit demi sedikit setelah melalui proses sunting–agar terlihat nyaman jika di posting di blog— aku pun membagikannya. Bertahun-tahun aku melakukannya, melewati suka dan duka sampai aku benar-benar tak terikat lagi dengan layak konsumsi di blog atau tidak. Yang penting klik tombol publish. Hingga kemudian pada suatu hari aku menemukan diriku sendiri sudah tidak relevan dengan zaman. Bahwa tulisanku tidak lagi mencerminkan diriku. Salah satu yang aku benci dari menjadi pribadi yang terus berkembang. Seperti sekarang ini… aku merasa tulisanku tak berkualitas lagi, terlalu receh. Tak ada pemahaman mendalam. Tapi ketika aku membuka blog ini, rasanya sudah lama sekali aku tidak membuat sebuah postingan di sini. Aku ingin menuliskan sesuatu, tapi entah apa yang harus aku tulisakan. Tulisan berkualitas dan berbobot macam apa yang harus aku tuliskan. Aku tidak mengerti lagi.
Aku pun sudah berjumpa lagi dengan karya lain dari Pak Hernowo, buku Free Writting, buku yang sangat bagus untuk mengobati kemacetan yang menyiksa diriku. Aku pun sudah menuliskan reviewnya, namun masih ada di jurnal harian, dan aku masih berkata ‘nanti, nanti dan nanti’ untuk banyak hal. Aku masih saja belum mampu mendapatkan tulisan yang memiliki bobot, karena aku tersiksa, karena aku terbentur dengan tembok penghalang bahwa aku harus menulis untuk orang lain dan membagikan tulisan di blog ini untuk orang lain. Aku masih belum mampu, aku masih pada batas menulis untuk diriku sendiri. Sudah belasan buku aku habiskan sejak pertengahan bulan Januari kemarin, aku masih tidak menuliskan sesuatu untuk orang lain. Kalau aku tidak salah ingat aku pernah menuliskan di blog ini juga, bahwa perkembangan saat itu adalah aku menulis untuk diri sendiri dan berharap suatu hari bisa menulis untuk orang lain. Harapan itu masih terus menggantung, masih menjadi mimpi yang sulit aku dekap, sampai hari ini.
Aku pun mulai mengurangi bacaan-bacaan fiksi dan mulai lebih banyak membaca buku non-fiksi. Entah apa yang aku pikirkan, mungkin perasaanku mengatakan, ada sesuatu yang hilang dari pengamatan ku. Perasaanku mengatakan aku harus mencoba mencarinya di sana. Dan aku masih belum mampu menghasilkan tulisan yang bagus. Aku kemudian memahaminya, bahwa aku tidak terlahir untuk menjadi penulis, aku terlahir untuk sesuatu yang lain. Dan entah bagaimana aku sekarang berniat membagi tulisan ini, mungkin sebagi curhat atau aktifitas membuang sampah-sampah pikiran yang terlalu rumit.
Tapi kalau aku pikir-pikir, tak ada bedanya aku menulis untuk diriku sendiri atau untuk orang lain di blog ini… toh pembca saya juga relatif sangat sedikit dan aku belum punya keinginan untuk membuat blog ini menjadi lebih serius, seperti menerapkan teknik SEO agar mendapatkan rating dan pembaca. Biarlah terus begini saja dulu, aku belum benar-benar berhasrat untuk membuat personal branding, mungkin.
Sekarang apa judul yang harus aku berikan untuk tulisan kali ini?
Saya Andy Riyan, Masih di Desa Hujan.
Jangan sering mengeluh kayak gini, ga baik, kalo lagi ga pengen nulis ya jangan dan ga nulis juga beberapa saat juga gapapa, kadang kita butuh ga nulis juga, maka baca, baca, baca hahahaha
LikeLike
Mau nulis apa ya nulis aja. Kalau lagi nggak mood untuk nulis ya istirahat dulu. Enjoy aja. Jangan memaksakan diri.
LikeLike