Jurnal Pagi: Satu Rumus dan Satu Hal yang Sangat Penting

satu rumusHanya ada satu, tak ada rumus yang lain; satu-satunya rumus untuk mengenyahkan kemalasan adalah melawannya. Aku baru menyadari, apa yang kurasakan sebagai hawa aneh yang menyelimuti Desa Hujan saat-saat waktu sahur tadi; aku menyadarinya ketika selepas subuh tak ada orang yang keluar dari rumah sepanjang jalan aku berlari. Desa Hujan terselimuti lelap, kantuk yang luar biasa dan menahan banyak orang untuk menarik diri pada aktivitas pagi.

Hanya ada satu, tak ada rumus yang lain; satu-satunya rumus untuk mengenyahkan kemalasan adalah melawannya. Ketika sebuah bisikan mengatakan padaku, “Apakah aku mesti terus berlari setiap pagi, mengisi jurnal pagi di blog jejakandi setiap hari? Apakah itu tidak berlebihan dan pada titik tertentu akan runtuh?” dengan susah payah aku mengenakan kaus kaki dan sepatu putih yang sudah kumiliki sejak bertahun-tahun yang lalu. Buset sepatu ini awet sekali, sama sekali belum robek, sol terbuka… bahkan sama sekali belum tergores? Sepatu yang sama yang pernah kupakai jogging antara PJKA dan Mandala Krida?

Hanya ada satu, tak ada rumus yang lain; satu-satunya rumus untuk mengenyahkan kemalasan adalah melawannya. Ketika kau sedang tidak punya apa pun yang ingin ditulis, bukan begitu caranya—meninggalkan alat tulis, tidur atau pergi, tetapi justru menuliskan apa pun yang bisa ditulis. Satu huruf dua huruf, satu kata dua kata, satu kalimat dua kalimat, satu paragraf dua paragraf harus kau paksa sekalipun hati harus menangis hebat dan kepala seakan-akan meledak. Saat kau sangat begitu malas untuk membaca, kau akan memaksanya membaca apa pun dalam sepuluh menit. Hanya itu, satu-satunya rumus untuk mengeyahkan kemalasan; melawan. Hidup ini adalah perjuangan, selama masih hidup, yang perlu dilakukan adalah terus berjuang. Berjuang menghidupkan kepercayaan dan meningkatkan setinggi kepercayaan orang-orang kepadamu.

Sejak lama aku begitu penasaran mengenai masalah yang terjadi terkait BPJS. Seperti tidak ada rasa percaya pada lembaga itu. Sebenarnya ada masalah apa sih di lembaga kesehatan itu. Kenaikan iuran BPJS merupakan upaya pemerintah untuk memperbaiki sistem jaminan kesehatan nasional?

Aku masih tidak mengerti bagaimana logikanya.

Yang saya amati, sorotan tajam dari banyak pihak kepada lembaga itu yaitu mengapa iuran BPJS dinaikkan adalah karena lembaga itu mengalami defisit keuangan. Berdasarkan berita yang beredar, banyak peserta BPJS yang tidak memiliki kepatuhan untuk membayar iuran. Aku masih tidak mengerti, jika dengan iuran yang sebelumnya rendah saja, banyak yang tidak patuh, apalagi jika dinaikkan. Satu hal yang pasti dengan naik dan turunnya iuran, serta simpang siurnya berita yang beredar akan melemahkan kepercayaan publik kepada pemerintah. Sesedih-sedihnya hidup, dan seberat-beratnya beban hidup adalah ketika sudah tidak ada orang yang percaya kepadamu.

4 Comments Add yours

  1. masHP says:

    beruntung kita tidak jadi pemerintah. Level pusingnya jauh beda. 😀

    Like

    1. jejakandi says:

      Benar juga etapi… kalau pemerintah merasa tidak mampu dan tidak sanggup kan bisa mengundurkan diri, lha kalau orang-orang seperti aku mau mengundurkan diri kemana?

      Liked by 1 person

      1. masHP says:

        Kurasa tidak sesederhana itu, Ferguso. 😀

        Like

      2. jejakandi says:

        Memang. Perbandingan itu sendiri gak apple to apple. Jadi kuambil jawaban yang gampang.

        Liked by 1 person

Katakan sesuatu/ Say something

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.