Kejutan-Kejutan Istimewa

Gila! Tiba-tiba sudah bulan Juni saja! Gila, sungguh ini… benar-benar gila! Kenapa gila dan kenapa tiba-tiba jika aku menjalani semuanya dengan kesadaran penuh? Tidak lain tidak bukan karena aku mengalami kejutan-kejutan yang istimewa yang datang bertubi-tubi dan menghujani hari-hariku selama 4 bulan terakhir ini. Sejak terakhir kali aku menulis di sini.

Dan selama hari-hari ketika aku mengalami gejolak hebat yang datang susul menyusul tak ada putus-putusnya itu, pola kehidupan pada hari-hari yang kualami pun kemudian berubah begitu drastis. Ritme kesadaran dan pola harianku berubah total. Aku seperti tidak punya waktu luang untuk membaca bahkan menulis jurnal harianku kecuali hanya sedikit dan sebentar-sebentar saja, aku hanya pernah sekali atau 4 kali mencuri waktu untuk menulis. Dan itu pun berada pada level yang sangat rendah.

Sekarang ini aku hadir untuk menyapa Amigos semuanya dalam rangka untuk kembali beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Karena di jejakandi, di rumah menulis ini, aku melimpahi diriku dengan banyak kesenangan; berbagi dan mencurahkan sebagian kecil dari pikiranku. Di jejakandi, dunia virtual ini, aku banyak belajar dan bermeditasi untuk menyeimbangkan hidupku, menyeimbangkan diriku baik secara fisik maupun spiritual.
Dan… hai Amigos sayangku, bagaimana kabar kalian di sana? Kuharapkan kalian senantiasa baik-baik saja dan selalu berlimpahan kasih Tuhan Pemelihara Alam Raya.

Amigos sayangku, di awal pembukaan tulisan ini aku menyebutkan bahwa aku mengalami kejutan-kejutan istimewa yang datang bertubi-tubi. Salah satunya adalah ketika aku hendak menulis sebuah topik yang pernah sangat mendesak pikiranku, mengenai “Alasan Tidak Ingin ‘Tidak Menikah’”, sebuah ide sebagai counter example, sanggahan, atau argumen lawan dari pembahasan yang pernah diangkat di berbagai media, yang kubaca dan kutonton, mengenai kegamangan orang-orang yang ragu untuk menikah dan yang kini telah yakin dengan keputusannya untuk tidak menikah. Itu berarti, dengan ide yang masih abstrak di kepalaku, aku berpendapat sebaliknya yaitu mengapa seseorang harus menikah. Tetapi malahan yang terjadi dalam hidupku justru lebih cepat dari dugaanku sendiri; aku justru menikah lebih cepat dari ide tulisanku sendiri. Sebelum tulisan itu terwujud menjadi ide nyata dalam lembaran kertas yang dapat dibaca aku malahan sudah melangsungkan pernikahan. Betapa Tuhan memang Maha Membolak-balikan hati manusia.

Dan sejak hari-hari ketika aku melaksanakan khitbah, dilanjutkan dengan lamaran lalu pernikahan, aku hanya memiliki sangat sedikit waktu untuk memanjakan diri dengan membaca dan menulis. Aku kemudian disibukkan dengan berbagai banyak hal menjelang pernikahan. Sekarang aku mensyukuri semua hal yang telah datang dan diberikan padaku itu. Kini aku menemukan sebuah tantangan baru agar tetap konsisten menyempatkan diri meluangkan waktu untuk membaca dan menulis, mencuri waktu di tengah sibuknya diriku.

Ya aku sekarang menjadi lebih sibuk. Tidak hanya karena ada seseorang yang kini menjadi tanggung jawabku. Lebih dari itu, tantangan kehidupan sosial kini bertambah luas, volume pekerjaan tambah banyak dan berlipat. Aku yang semula hanya seorang pemuda tanggung, kini menjadi kepala keluarga. Seorang kepala keluarga yang harus dapat mengikuti pola hidup bermasyarakat sepenuhnya. Dulu, ketika masih seorang pemuda, aku bisa saja hanya mengikuti sebagian kegiatan kemasyarakatan, kini aku telah sepenuhnya terjun di masyarakat. Seperti telah sampai pada era baru dalam hidup bermasyarakat, sebagaimana ketika dulu aku lulus kuliah dan harus bermasyarakt, ada peningkatan-peningkatan level dari tingkat yang kupijaki sejak itu.


Saat hari-hariku mulai berbalik arah dan telah menjadi benar-benar berbeda dari hari-hariku sebelumnya, aku pun mengubah strategi, kembali mengatur waktu dan membagi-baginya lagi. Saat ini aku masih menyesuaikan diri dan masih mencoba-coba mengatur strategi baru bagaimana caranya agar aku tetap bisa mencapai level kestabilan dan kosentrasi seperti sebelumnya. Karena jujur, pada awal-awal ketika kejutan-kejutan ini datang bertubi-tubi aku mengalami ketika level kosentrasiku menurun dengan tajam. Jiwaku juga terguncang dengan luapan kebahagiaan.
Lalu, saat ini aku hanya harus terus berjalan dan menikmati kebahagian-kebahagian yang berlimpahan ini dan mengelolanya ke arah yang lebih baik.

Alhamdulillah… syukur aku panjatkan selalu kepada Allah tiada henti-hentinya. Dan rasa syukur itu aku wujudkan dengan tetap bergerak mengisi hari-hariku sebagaimana hari-hari yang selalu kujalani yaitu hari-hari dalam hidup yang bermakna. Memaknai hidup, memberi arti untuk hidup dan sebagaimana judul jurnalku untuk tahun 2021 “Menjalani Mimpi”.

Aku dan istriku kini sudah sampai di sebuah perjalanan. Sedang berada pada titik pertama dan jejak langkah pertama dari jalan panjang yang tidak kami tahu di mana ujungnya. Kami berdua sedang menentukan arah baru untuk hari esok. Dan kami, dengan mata hati dan kelembuta jiwa, telah melihat ujung dari perjalanan ini. Perjalanan yang tidak hanya amat berliku-liku dan penuh persoalan tetapi perjalanan yang penuh bahaya. Tetapi selain melihat kengerian itu, kami telah dihibur dengan kebahagiaan-kebahagiaan yang menanti kami. Dengan pertolongan Allah, kami berani menapakinya. Dan saat ini aku tidak ingin terlampau jauh melihat semua itu. Lebih dulu, kami ingin menjalaninya setapak demi setapak. Lalu ketika nanti kami harus berlari kencang, kami akan berlari. Kami tidak takut lagi. Karena banyak hal yang bisa aku lakukan bersama istriku nanti. Banyak hal yang lebih penting untuk kupikirkan dan kujalani pada momen sekarang. Karena inti dari hidup bermakna sebagaimana sering aku jelaskan dalam tulisan-tulisanku yang sebelumnya yaitu apa yang bermakna untuk saat ini. Maknailah apa yang sedang dijalani dengan kesadaran dan keikhlasan menjalaninya, maka kita akan selamat. Meskipun kini, memang, dengan begitu banyak hal yang berlimpahan di dalam kepalaku, berluap-luap perasaan yang bergejolak di hati kami bagaikan air bah yang menjebol sebuah bendungan. Kami seperti kebingungan mau mulai dari mana dulu Ahahahaha.

Secara pribadi, saat ini aku ingin mengatur strategi lagi. Dan saat ini berkaitan dengan dunia menulisku, biarkan aku mengatur strategi supaya aku memiliki sedikit waktu setengah jam atau satu jam sehari untuk membaca dan menuliskan catatan. Karena dengan menulis, aku bisa mengontruksi pikiran dan menata dengan baik luapan ide dan perasaan. Menata kembali yang berantakan dan berserakan. Menyusun kembali mimpi-mimpi yang sempat terlupakan. Sekarang ini, dan saat ini, aku sudah mulai berlatih lagi untuk menulis dan berkeinginan untuk tak putus. Menulis bebas atau free writing dan mengikat makna dalam sehari-hari. Aku telah memulai kegiatanku dalam mengasah lagi keterampilanku dalam menulis dan membaca.

Sekarang aku kembali ke sini dalam rangka untuk itu; mendisiplinkan diri dengan menulis dan meluangkan waktu untuk berbicara dengan diriku sendiri. Aku meluangkan waktu untuk kembali disiplin menulis dan mengungkapkan pikiranku dalam jurnal dan blog. Harapannya segera setelah ini timbul semangatku untuk bekerja lebih keras lagi, demi diriku dan demi keluargaku serta demi masa depan yang lebih baik.

Tentu saja aku akan bekerja lebih keras lagi untuk menumbuhkan semangat dalam meraih semua mimpi. Bahkan mimpi-mimpi itu kini kian menjadi kenyataan dengan hadirnya seseorang dalam hidupku.

Dulu aku begitu khawatir, ketika aku harus menikah, berarti aku harus menghadirkan seseorang yang asing ke dalam diriku. Aku tak menduga, dan tak pernah menduganya bahwa dalam waktu yang sangat singkat ia, istriku, seperti telah menjadi sahabat bagi diriku sejak lama sekali. Aku seperti hanya menemukan jiwa yang pernah hilang. Aku seperti telah mengenalnya sejak dulu kala. Ia sama sekali bukan orang asing bagi jiwaku. Aku tidak merasakan satu hal yang dulu pernah ku khawatirkan.

Jadi untuk kamu yang masih ragu-ragu akan menikah atau tidak, atau yang masih takut-takut… bulatkanlah tekadmu, luruskan niatmu dan perbaikilah kejiwaanmu. Sebab, jangan-jangan kekhawatiran yang menyiksamu itu adalah kekhawatiran yang kau buat sendiri. Bukan kekhawatiran yang memang muncul dari luar dirimu.

Kebetulan sebelum aku bertemu dengan istriku, aku baru saja selesai membaca sebuah buku bergenre psikologi. Dalam buku itu dijelaskan bahwa seringkali manusia mengalami kegagalan karena terlalu banyak berpikir dan menimbang, sampai akhirnya timbul keragu-raguan dan kekhawatiran yang sebenarnya tidak ada.

Ketika momen itu terjadi, momen ketika pertama kali aku bertemu dengan istriku, aku dengan sekuat tenaga mengalahkan diriku sendiri, menepis keraguan dan kekhawatiran yang mendadak mengapung dan mencoba melemahkanku. Di momen itu aku langsung menginjak-ijak pikiranku dan aku mengambil keputusan dengan berani, bahwa aku akan menikahinya. Aku menepis keraguan yang disebabkan oleh pikiranku. Aku berani mengambil keputusan dan menyingkirkan perasaan takut ditolak. Aku mengatakan kepada diriku sendiri jikalaupun aku ditolak seratus wanita aku tetap saja laki-laki dan aku akan mencoba untuk yang ke 101 kalinya setelah itu. Setelah keputusan itu kuambil dengan berani… sisanya, kamu tahu itu, sisanya adalah cerita bahagia.

Dan aku selalu mengatakan kepada orang-orang yang kutemui bahwa jika kamu bersedih, bersedihlah sewajarnya saja begitu pula ketika kamu bahagia, bahagialah sewajarnya saja. Maka ketika kebahagian-kebahagiaan meluap, aku mengelola jiwaku agar aku bahagia secukupnya saja. Dan dengan alasan itu pula lah aku kembali hadir ke sini menulis dan membaca untuk mendisiplinkan diri dan mencari petunjuk jauh di dalam diriku, bertanya kepada jiwaku, menyatu dengan jiwaku agar aku mengelola jiwaku dengan sempurna. Lalu aku merasakan bahwa aku harus memulai dari sesuatu. Dan dari kegiatan menulis bebas inilah akan kumulai lagi olah jiwa itu.

Demikian, saya Andy Riyan dari Desa Hujan. Sampai Jumpa!

14 Comments Add yours

  1. La. says:

    Wiiih pantes jarang kelihatan, bang. Dateng-dateng dah ganti status rupanya. Barakallahu fiikum~

    Like

    1. jejakandi says:

      Hehehe iya, maklum sibuk Mbak Latif. Amin amin amin, makasih do’anya Mbak Latif. Semoga keberkahan juga terlimpah untukmu Mbak Latif.

      Like

  2. masHP says:

    Selamat. 😁🤝

    Like

    1. jejakandi says:

      Maturnuwun, Pak Heri! 😁

      Like

  3. Ayu Frani says:

    Selamat atas keputusan yang sudah diambil, Mas Andi. Senang dan juga bangga atas keberanian yang ditunjukkan.

    Terlebih lagi, selamat atas pernikahannya. Salam untuk istri ya Mas.
    Semoga menjadi keluarga yang bahagia dan saling gotong royong membangun rumah tangga.

    Liked by 1 person

    1. jejakandi says:

      Terima kasih, Mbak Ayu. Terima kasih sudah mampir dan terima kasih masih membersamai jejakandi. Terima kasih sudah ikut senang dan bangga dengan keputusan berani yang aku ambil untuk hidupku. Aku hanya ingin berkata, keberanian dalam matematika itu dapat dilihat sebagai pola persamaan yang eksponensial, semakin bernilai positif atau arah grafik ke kanan nilainya akan semakin tinggi. Kalau Mbak Ayu tahu maksudku. Hehehe… Aku ingin berbagi hal itu.

      Terima Kasih, Mbak Ayu atas ucapan selamatnya, semoga kebaikan-kebaikan atas do’a do’a yang baik juga kembali dan tercurahkan untuk Mbak Ayu dan keluarga. Ya Insyaallah nanti akan aku sampaikan ke istri. Amin amin amin… Terima kasih berkali-kali, Mbak Ayu.

      Liked by 1 person

      1. Ayu Frani says:

        Hi, Mas Andi.
        Keberanian itu berbanding lurus dengan keputusan dan tindakan yang diambil haaApakah ini yang Mas Andi maksudkan? Saya masih meraba-raba maksud Mas Andi ini.

        Aminn…untuk segala doa-doa yang baik untuk kita sekalian. Terima kasih juga Mas Andi, dan dari sisi pembaca dan penikmat tulisan Mas Andi, saya menunggu tulisan-tulisan mengenai dinamika hidup dalam pernikahan ini haaa

        Like

      2. jejakandi says:

        Hemmm berbanding lurus sepertinya itu hanya terjadi pada persamaan linier ya. Yang ini tidak… ini eksponensial… berapapun nilai variabelnya, jika konstantanya positif solusinya tidak akan pernaha negatif. Beberapa turunan eksponensial bahkan memiliki progress yang selalu naik terhadap waktu. Jadi semakin lama semakin meningkat. Momen-momen yang diisi dengan kebaranian akan melahirkan keberanian-keberanian baru dan akan membuat peluang yang ada di depan semakin terbuka untuk kita. Momen-momen yang diiringi dengan keberanian akan memberikan pengalaman dan perubahan secara psikologis dalam hidup. Kira-kira seperti itu, Mbak Ayu.

        Terima kasih, sudah setia di jejakandi, Insyaallah apabila ada kesempatan, akan menuliskan banyak hal di jejakandi ini.

        Liked by 1 person

      3. Ayu Frani says:

        Semangat, Mas Andi!

        Like

  4. momochan says:

    Heiii selamat yaaa

    Like

    1. jejakandi says:

      Heiiii…. Arigato gozaimasita.

      Like

      1. momochan says:

        Sami-sami

        Like

  5. fiskahendiya says:

    Nah gitu dong.. Berani. Hehe 👏

    Turut berbahagia ya Mas ndobos..
    Semoga menjadi keluarga yang dipenuhi berkah dan samawa insyaAllah.

    Like

    1. jejakandi says:

      Ahahaha iya lah… makasih Jeng Fiska.

      Hahai makasih ya udah ikut berbahagia. Amin amin amin makasih do’anya. Do’a do’a yang terbaik untukmu juga ya jeng Fiska.

      Gimana nih kabarnya? Udah boleh didoain samawa juga belum nih?

      Liked by 1 person

Katakan sesuatu/ Say something

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.