“Biarkanlah terik mentari membuat kering berdua hati kita,” Rodrigo menatap wajah Naomi begitu lekat. Namun, Naomi membuang muka. Matanya tertuju pada barisan bukit di sisi utara kota. Ingatannya tertuju pada Jay, seorang pria yang telah ia kenal sejak Sekolah Dasar. “Di mana dia sekarang?” Naomi bertanya-tanya dalam hati.
“Naomi…” panggil Rodrigo lirih. “Suatu hari tetesan cinta kan deras laksana hujan badai.”
Naomi membisu.
“Lihatlah, bahkan Venus dan Merkurius menampakkan dirinya, padahal beberapa waktu yang lalu ia tersembunyi di balik kilau mentari.”
“Dua planet yang mengingatkanku pada kampung halaman kita, yang selalu kutatap di kala senja. Ingatkah, Kau, kampung halaman kita? Kampung halaman dengan tradisi yang begitu manis. Teh-teh wangi memenuhi setiap rumah, tersaji dalam cangkir-cangkir saat menanti malam bergulir.”
“Tentu. Tentu aku ingat. Kampung halaman di mana aku dan Jay selalu menghabiskan senja dengan mengukir cerita tentang masa depan.” Naomi memejamkan matanya, “Di manakah kau sekarang, Jay?
Andy Riyan © 2021
Bacaan baru nih
LikeLike
Yoi. Tulisan tambal sulam… Susunan baru, sambil merapihkan berkas-berkas lama.
LikeLiked by 1 person
No hp masih yang lama?
LikeLike
Masih
LikeLike