Detak Jiwa: Rompalan Kayu Bakar

Ketika gitarku katakan lebih banyak dari mulutku. Apa yang membuatku terbungkam? Adalah bahkan santunku tak menyentuh hatimu. Hanya rindu yang berharap, hati mampu melihat serpihan kering rompalan kayu bakar.

[Detak Jiwa] Ku Mencarimu

Ku mencarimu, Kekasih. Bintang di segala malam, mentari di segala musim hujan di segala cuaca hangat di segala suasana mencari untuk temani meniti jalan gelap ini Jalan gelap hidup, penuh bahaya dan penuh berduri. Ancaman kematiaan setiap saat kehancuran yang mengintai begitu dekat. Telah kupilih dan memang aku yang memilih. Telah kudengar betapa berbahayanya. Kegelapan…

Cinta harus sederhana, yang boleh komplek atau rumit adalah definisinya. A.R

Puisi; bukan susunan kata-katanya. Bukan tentang maknanya. Adalah detak jiwanya. Napas yang berhembus di dalamnya. Hal yang hidup bersamanya.

Di dunia ini, jikalau pun hanya satu yang bisa kuhibur, akan ku hibur dia. Ai A.R

Duduklah saja dengan tenang, kunyahlah perlahan-lahan saja kata-kata yang sedang kau baca (itu). Sekali waktu ketika kau jatuh terlelap, nikamatilah… Tidurlah dalam kedamaian. Temaram bintang-bintang menjagamu, sinarnya kan menerangi jiwamu.

Sayangnya aku justru sedih ketika melihatmu tertawa. Semakin keras tawamu, semakin jelas bagiku, betapa rapuhnya dirimu. Tak perlu tanya pada rumput bergoyang, ku tahu hatimu menangis. Tak dapat kau pungkiri lagi, tak dapat kau sembunyikan itu dariku. Kamu… Sungguh menyedihkan.

Jika aku bisa menangis karena berlumur dosa, maka tak akan berhenti tangisku itu, Kekasih. Dan bila aku tak akan menangis akan dosa-dosa yang kualami, maka sungguh bebal hati itu. Andai seribu do’a meleburkan seribu dosa, tak akan sesedih ini, Kekasih, hidup yang kujalani.

Malam-malam yang kulalui tanpamu, sempurnakan gelap detak jiwa yang kian terlelap.

Kusadari ini ketika merindumu jadi sepanjang waktu, bahwa jatuh cinta padamu membuat aku terasing dan kesepian di dunia ini.