Aku tak pernah melihat seseorang dengan raut muka yang lebih sedih dari seorang yang kutemui di suatu senja, di salah satu gerbong kereta api, dalam sebuah perjalanan antara Malang-Jogja. Perempuan yang kutemukan duduk menghadap diriku di sisi jendela itu terlihat begitu pucat dengan sinar mata yang redup. Aku tak ingat di mana perempuan yang berpakaian…
Category: CERPEN
Duel Seorang Pria Paruh Baya vs Kolonel Yang Berkharisma
Kami merasa sangat bahagia di sepanjang musim penghujan itu. Bagaikan sebuah simponi yang ditulis dengan megah, ketika bunyi derai hujan menghentak atap rumah diringi dengan suara hempasan yang jatuh menghantam bebatuan berwarna hitam serupa mutu manikam yang tertanam di teras-teras rumah. Sesekali deru angin mengisi pada bagian solo yang kosong dan panjang. Saat waktu minum…
Dialog Topan dan Lelaki Pertama
“Camkan ini! Jika kau tak mengorbankan waktu untuk hal-hal yang lebih berguna. You do not deserve this happy live, anymore!”
“What’s going on, Pan?” Tanya seorang lelaki yang hobi minum kopi pahit dari sudut ruangan kepada seseorang lelaki lain yang juga suka minum kopi pahit.
“Keruh sangat wajah kau, Pan, sekeruh Kaliprogo di tengah kota.” Laki-laki pertama itu menyelidik dan sok nyastra dengan tidak mengalihkan wajahnya dari buku di tangannya, melainkan melirik ke sudut atas menembus langsung ke wajah lawan bicaranya. Gaya bertanya seperti ini, bagi orang yang aslinya tak pintar, bisa terlihat sebagai orang yang sangat pintar dan berwibawa. Gagah sekali tampaknya kalau saja bisa terus mempraktikkan gaya seperti ini ketika berbicara dengan siapa saja. Kalem tapi mempesona.
Masih tak ada jawaban dari lelaki kedua yang di sapa dengan Pan yang juga suka minum kopi pahit. Pan nama sapaannya berasal dari namanya, Topan. Bulir-bulir bekas guyuran hujan menetes dari rambutnya yang tegak seperti menantang langit yang menjawab guyonan sinis lelaki pertama itu.
Kedai kopi dengan interior gelap itu begitu lenggang. Lebih-lebih lagi kedai itu disengaja memiliki desain dengan suasana kelam, kesunyian menjadi semakin mencekam. Dinding-dinding gelapnya berhias lampu remang-remang dari bohlam-bohlam merah dan kuning dan dipasang pada sebuah dudukan lampu sedemikian rupa hingga menyerupai obor teplok laiknya obor yang berada di warung-warung makan dalam sinetron-sinetron laga jaman bahuela.
Screenplay 1 : Bunga Lily
TAMAN BALAI KOTA PEREMPUAN GEMUK : Gak papa sudah kering, boleh aku menerimanya, sekarang? Laki-laki kurus menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya. Perempuan gemuk itu pun tersenyum. (Satu bulan sebelumnya) DI SEBUAH KAMAR KOS MAHASISWA Seorang laki-laki kurus masih mengenakan jaket denim dan kemeja biru, terkapar di kamarnya. Wajahnya pucat masai. Tubuhnya terlihat tak berdaya. Ia terpejam…
Cantiknya Mubazir
“Berjalanlah kamu di atas jalanmu sendiri, begitupun aku, akan berjalan di atas jalanku sendiri.. Tuhan Mahatau.. kita kan sejalan lagi nanti.” Keheningan tidak mampu mengusai keadaan, meskipun malam telah jatuh pada titik kesunyiannya. Udara juga tidak menjadi dingin walau angin telah berhembus membawa kabut-kabut malam yang paling dingin. Keramaian di setiap sudutnya, di kota itu,…
Kliwon Brengsek
“Kliwon? Ngapain kamu di sini?” Kataku kaget, ketika tidak sengaja bertemu dengannya di sebuah kafe yang berada di pinggir jalan di desa kawasan pegunungan berkilo-kilo meter jauhnya dari kota Temanggung. “Ngopi lah… sesekali cari udara segar di luar!” Biasanya aku dan Kliwon bersama-sama dengan Kang Paidi dan Kang Paijo sering menghabiskan waktu di brak di…
Tentang Kisah Bu Sarah dan Pak Jono
“Masa njenengan tidak pernah jatuh cinta lagi sejak saat itu, Pak? Apa dia begitu tak tergantikan?” Sarah menatapku nanar. Aku kira ia memang bersungguh-sungguh untuk membantuku bangkit. Tak sehari pun ia tak pernah memotivasiku. Seolah-olah jika lewat sehari saja, maka aku akan semakin terpuruk dan tenggelam dalam kegelapan. “Ha ha ha… Cinta… ” Aku tersenyum…
Ditawari Janda
“… … … dua puluh lima, Pak?” “Apanya, Bu, yang dua puluh lima?” tanya ku pada sahabat yang sekaligus menjadi partner kerja sehari-hari di kantor, aku tidak begitu memperhatikan pertanyaannya, beberapa kalimat awal terdengar hanya seperti gumaman. “Kalau rencananya dua puluh lima, sekarang sudah mundur dua tahun.” Aku hanya diam namun tetap menerka-nerka kemana arah…
Cerpen : Orang-Orang Muslih dan Para Perusak
“Waduh tobat! Tobat… Tobat tobat nek kayak ngene carane.” Seru Kang Paijo ketika aku dan Kliwon sampai di Brak tempat kami–Aku, Kliwon, Kang Paijo dan Kang Paidi–saban sore ngumpul. “Ada apa to, Kang?” Tanya Kliwon “Wong lagunya aja enak begini…” “Untuk perempuan yang sedang dalam pelukan, Payung Teduh!” aku mengangkat dua jempolku dan menjentikkannya untuk…
Perempuan Bermata Bening Season 2 : Kencan Pertama
“Saori Hara atau Jun Aizawa?” Potong Wina
“Ha?” aku melongo demi mendengar pertanyaan Wina yang sama sekali tak terduga itu.
“Di Jepang ada Saori Hara dan Jun Aizawa pilih mana?”