Tak perlu kau hiasi langit. Biarkan alam sadarmu yang melakukannya. Temaram bintang-bintang telah berganti. Dan fajar telah menyemburat menandai saat akan terbitnya mentari.
Mulai detik itu juga kau akan menghadapi tantangan yang sesungguhnya. Meninggalkan usia remjamu yang bergelimang canda. Berpijak pada kenyataan yang melelahkan. Dan sejenak melupakan indahnya angan-angan.
Ya semoga hanya sejenak.
Setiap malam kau terbangunkan oleh ketakutan dan kecemasan. Bukan hantu atau roh halus lainnya, yang menyebabkan keringat dingin bercucuran dari kepala.
Suatu ketika kau berjalan sendirian di suatu pulau sepi yang selalu berkabut. Rumput-rumput yang tumbuh tinggi selalu basah, warna aslinya telah pudar, membaur pada kelabu seluruh warna di sekelilingmu. Pohon-pohon sakit selalu deras menitikkan embun disetiap langkahmu berjalan disisinya. Hanya ada satu jalan gelap yang menghilang dari pandangan. Dan kau akan terus mengikutinya, semakin jauh dalam kelabu tak bernama.
Kau mungkin menyadarinya, hidupmu adalah inspirasi bagi semua orang. Namun kau merasa seperti api yang kehilangan intinya. Kau membagi tetesan pena, mengucur deras dari pikiranmu bagai hujan di bulan September. Namun kau merasa asing dengan dirimu sendiri, tersesat dalam duniamu, sepi, gelap dan hampa.
Terkadang kau merasa iri pada mereka, orang-orang yang mengejar sesuatu dalam hidupnya, mengejar mimpi-mimpi, memperjuangkan cinta, mengharapkan percikan embun bening kan membasuh kalbu.
Kau hanya bisa memandang tetesan hujan pertama. Memanggil kembali kenangan dari masa lalu yang telah terkubur bersama kota-kota yang kini telah mati. Dan kau kini terjebak pada perjalanan yang tak bertujuan; langkah yang lelah dan diri yang tak menyala sepercik api.
Kemudian di suatu senja aku datang kepadamu. Aku berjalan pada jarak yang tak terlalu jauh di sisimu. Kau dan aku hanya terpisahkan langkah. Hanya satu lompatan bagimu untuk mencapai pelukanku. Aku terus mengikuti langkahmu. Ketika kau telah sampai di tepi telaga yang memantulkan bulat sinar purnama, kau berhenti lalu merobohkan tubuhmu disisi tanah landai yang berdebu. Terdengar lembut sekali angin mendesir dan menyisir pepohonan yang nampak seperti bayang-bayang. Permukaan air telaga pun kemudian bergoyong-goyang mengaburkan pantulan bintang-bintang.
Ku dengar kau merintih sedih membuatku tak tahan lagi untuk mendekapmu dan menenangkanmu. Namun aku terkejut… ketika aku bahkan tak bisa menghapus air matamu. Dan aku sedih ketika tahu, kau bahkan tak bisa merasakan kehadiranku. Karena ternyata kau dan aku terpisahkan oleh dunia yang berbeda.
Dunia Yang Tinggalkanmu (C) Andy Riyan
* photo nyecreen shoot dan ngedit dari Instagramnya Mbak Rini
Si empunya blog riniarr.wordpress.com
fotone aku koyo ngerti wkwkwkw
LikeLike
Loh.. Ning keterangan ngisor signature kan wis cetho 😰😰😰
LikeLike
Eh itu siapa?
LikeLike
Orang ilang ituuuuuuuu :v
LikeLiked by 1 person
Ya Ampun -_-
LikeLike
Meninggalkan dan ditinggalkan..oh it’s you my beloved ones..huuuu sedih banget puisinya
LikeLiked by 1 person
Huuuuuuuu
LikeLike
It speaks for my heart, for the loss, of those that I love most. But in my mind you’re not in such a grey and gloomy land. You’re in the Gardens.. in His embrace..Amiin
LikeLike
Oh yeah? You can see it?
That’s what I want, I send a message to everyone, that people may have their feelings about what I wrote, people have right to imagine about letters I wrote. You have for your own.
For God sake, you make me sure about what I believe, that whatever letters that people write, there will be a reader.
LikeLike
Iya mas Andy..although your letter ‘ Dunia ‘ is about someone I don’t know but the speaker ” I ” feels like I did in my dream. My dream about my bro who passed away in last May. He looked good and younger in my dream but he came from nowhere and then disappeared. Even in my dream I knew that he was dead and I was happy I could see his face…oh oh though in broke down I always try to see the good beautiful side. That’s why I say my is the Gardens in His embrace. Actually it is the last line of an elegy about my bro. Thanks for your attention. ” Dunia” really speaks to my heart in its image about the drop down and ” I ” cannot touch …
LikeLike
..koreksi, my bro is in the Gardens (I also just hope he meets mom and dad there)
LikeLike
I read ‘ Dunia’ and astonished by kemiripan image.
1. Image seseorang yg digambarkan dari paragraf pertama sampai ke 8. His inner life is almost matched with that of my bro.
2. Ohh mas Andy how can you tell about something that really happened to me. It happened to me when my bro suddenly fell on the ground and then a few minutes later he did not know me any more nor the world itself. Oh can you imagine how I felt when I called him to wake up but he’s ‘ just gone’ and never come back. He has crossed to the other world, different from my world. Isn’t that an image you wrote very sadly at the ending paragraf. You’re amazing!
LikeLike
Aku telah membaca ceritamu bersama saudaramu dan keluargamu. Itu sungguh cerita yang sedih. Oh aku hanya menulis apa yang harus dituliskan, tak pernah sekalipun aku berniat membuatmu menjadi sesedih ini. Semua komentarmu, nanti akan aku balas, mungkin dalam satu postingan buat kamu, Mbak.
Terima kasih telah menjadi teman jejak yang setia, Mbak Damayanti.
LikeLike
3. It was unspeakably sad to lose someone who has been so close 😭 who you care so much😢. I pray and pray till I am able to see that it was a beautiful thing that happened. It was because HE knows what’s best bagi mahlukNya. Akhirnya saya bersyukur kepadaNya, Yang Maha Bijaksana.
LikeLike
😢😢😢, gak mas, tulisan mas gak salah. Itu karya seni yg mampu menjalankan fungsinya yaitu communicating. Yang salah saya, sebelum membaca tulisan mas juga sebenarnya saya lagi sedih..baru 3 bulanan sih. Bagaimana pun tulisan mas saya pandang sebagai karya, perwujudan ide dasar mas di dalam blog ini. Kalau udah mulai seru lagi seperti ini…mari kita tersenyum..
LikeLike
Terima kasih mas..
Mohon maaf kepada readers mas Andy
LikeLike