“What are three things you wish you were better at?”
Post kali ini adalah sebuah tantangan. Tantangan untuk semua orang yang membaca tulisan saya. Post kali ini juga adalah sebuah writing prompt yang aku post di instagram story. Jadi kalau kamu suka mencari writing prompt, sering-seringlah mampir di instagram story saya, sebab saya sering memberikan pertanyaan random. Jadi post kali ini adalah tentang menjawab pertanyaan: “Tiga hal tentang apa yang kamu berharap seharusnya dulu kamu melakukannya dengan lebih baik?” Loving, learning and organizing. Mencintai, mempelajari dan mengorganisasi.
Sedikit cerita. Post ini, sejujurnya, telah lama aku tulis dalam jurnal Keramahan Cinta. Pertama kali post ini aku tulis pada bulan November tahun lalu, tepatnya tanggal 5. Tetapi baru sekarang post ini aku munculkan di blog. Walau sebetulnya post ini masih juga jauh dari kata matang untuk muncul dan terbit. Namun aku sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Post ini sudah mendesak untuk segera mungkin dimunculkan. Karena post ini sudah sangat mengganggu kosentrasi. Sementara posisiku saat ini begitu berat, dan sedang pada tahap yang sangat jelek untuk melakukan penyuntingan. Sudah ada ratusan tulisan menumpuk, yang sama sekali belum aku sentuh, dan tidak tahu mau dibawa kemana tulisan-tulisan ini.
Nah misalnya ada yang bertanya, “Proses apa yang paling sulit dilakukan dari semua proses kegiatan menerbitkan sebuah jurnal harian di blog?” Aku jawab editing. Karena kalau cuma soal menulis, aku melakukan seperti kata Ariel, “Tulislah apa yang ada di dalam pikiranmu sekarang, tidak harus secepatnya berguna, suatu hari pasti akan memiliki arti.” Jadi itu relatif lebih mudah. Jadi mungkin inilah alasannya mengapa baru saat ini tulisan ini begitu mendesak untuk dimunculkan. Yang telah dengan sangat keras memaksa saya untuk meluangkan waktu, di tengah pekerjaan-pekerjaanku, untuk menyunting dan memunculkannya di jejakandi. Karena aku tidak mau terganggu lagi dengan pikiran-pikiran ini.
“What are three things you wish you were better at?”
Loving
Learning
Organizing
Untuk merinci tigal hal tersebut—sambil mendengarkan lagu-lagu kesukaanku dari Pearl Jam, Coldplay, Nirvana, Ahmad Albar dan Nicky Astria— aku pun membuka dan mempelajari catatan harian yang sudah lama aku tulis. Catatan yang lebih jauh dari bulan november tahun lalu itu.
Sedikit aneh, catatan-catatan itu datang dari garis waktu tepat setelah aku berjanji bahwa aku tidak akan melakukan hal-hal yang akan aku sesali. Dan hal itu kukira wajar. Karena sebelum janji itu kuikrarkan, dalam menjalani hidup, seringkali aku melakukannya dengan serampangan. Mengikuti naluri alamiahku yang seperti terbakar oleh api untuk memutuskan banyak hal. Melakukan secara spontan berdasarkan kecerdasan pikiran yang seadanya. Walau ini tidak berarti aku tidak berpikir, aku berpikir. Namun aku masih sangat muda dan belum memiliki kematangan jiwa. Aku memiliki rencana walau rencana itu jarang aku mengkajinya secara mendalam. Semuanya serba cepat. Sehingga seakan-akan ikrar itu adalah sebuah belokan tajam. Dan kejadian-kejadian yang aku alami menjadi seoalah berbanding terbalik. Sekarang serba lambat dan serba hati-hati. Kebijaksanaan kadang membuat seseorang lebih lambat. Dan itu melelahkan.
“What are three things you wish you were better at?”
Loving.
Mencintai.
Seharusnya aku bisa mencintai diriku sendiri dan orang lain di sekitarku dengan lebih baik. Seharusnya aku bisa mencintai seseorang dengan lebih baik. Seharusnya aku bisa mencurahkan pikiranku untuk mencintai sesuatu dengan lebih baik. Sebab kalau ditimbang-timbang, kalau diingat-ingat dalam diriku berkobaran api cinta yang tak terbatas. Hampir tidak pernah dalam hidupku aku tidak mencintai apapun.
“Apa yang membuatmu masih betah dengan kesendirianmu, Mas?” Tanya seseorang padaku pada suatu ketika.
“Aku belum bisa move on.” Jawabku spontan dan sok cool, padahal aslinya karena gak laku LOL. Dan dia tertawa. Menurut dia mungkin itu lucu. Padahal aku sedang sangat serius.
“Belum move on dari… mantan?!”
“Dari diri sendiri. Aku belum bisa move on dari diri sendiri.”
“Maksudmu kamu terlalu mencintai dirimu sendiri, Mas?”
“Iya.”
“Mungkin kamu terlalu pemilih, Mas.”
“Mungkin iya. Mungkin tidak.”
Itu adalah sedikit percakapanku dengan seseorang. Aku memang sangat egois. Aku kemudian bercerita lebih lanjut kepada dia. Aku begini karena aku tidak ingin melukai seseorang. Saat itu aku hanya melihat diriku sendiri bahwa mencintai membuatku lemah. Mencintai membuatku tak berdaya dan mencintai membuatku luluh dan ini adalah celah bagi seseorang untuk melumpuhkan aku.
Aku meremehkan diriku sendiri. Aku meremehkan kekuatan dari api cinta yang berkobar-kobar dalam diriku. Ketika api cinta berkobar dengan hebat, seseorang akan ikut terbakar dengan semangatku dan dia pasti akan lelah dengan energi yang tak terbatas. Dia akan sangat lelah mengikuti adrenalin yang terlalu kuat untuk dikendalikan. Dia akan sangat jenuh dan merasa tergganggu dengan hujan badai yang bertubi-tubi jatuh dari perasaanku. Aku pasti tak akan bisa berhenti terus menghujani dia dengan kata manis dan puisi. Ia pasti akan gila. (Biar tidak terlalu melebar khusus loving akan ada split yang nanti akan saya posting di tempat lain).
“What are three things you wish you were better at?”
Learning.
Mempelajari.
Baru-baru ini ketika sudah tumbuh lebih mendewasa, empat tahun belakangan ini, ketika sudah se-gede ini baru terpikirkan olehku, “Kok dulu aku enggak mondok aja ya? Ngaji-ngaji kitab apa gitu, atau ngaji apa sajalah sama Pak Kiai.” Baru-baru ini saja aku merasa seharusnya aku mengambil kesempatan untuk minimal bisa mendalami Bahasa Arab, yang fondasinya sudah aku dapatkan ketika dulu duduk di sekolah menengah pertama. Seandainya saja kalau ketrampilan berbahasa Arabku minimal seperti kemampuanku dalam berbahasa Inggris, kan bagus itu. Kalau mau baca buku-buku berbahasa Arab gak harus pusing-pusing mencari terjemahan atau keliling seantreo dunia internet untuk melihat apakah sudah tersedia terjemahan kitab-kitab yang ingin aku baca itu. Sekarang ini aku sangat menginginkan untuk dapat membaca bukunya Ibn Sina yang Al Isyarat Wa Al Tanbihat itu, biar sah sebagai orang yang hidup dengan bermatematika bukan hidup sebagai seseorang yang kebetulan pernah kuliah dan belajar matematika.
Dan denger-denger buku itu isinya sangat berat, juga belum ada yang menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia. Denger-denger di luar sana juga sudah banyak buku berbahasa Arab lain yang sudah diterjemahkan akan tetapi buku-buku tersebut telah kehilangan makna sastranya. Atau terjemahannya tidak memuaskan, sudah tidak mendekati lagi dengan bahasa aslinya. Seperti halnya ketika kamu biasa membaca puisi berbahasa Inggris. Namun ketika menemukan terjemahannya yang harus mengikuti bahasa aslinya tetapi maunya dengan nada ritemis makna itu seakan mengabur dan hilang.
“What are three things you wish you were better at?”
Learning.
Mempelajari.
Masih tentang learning yang selanjutnya yang seharusnya aku bisa melakukannya dengan lebih baik. Sudah sejak dari kecil, sejak zaman ketika aku masih SD kalau aku sangat suka dengan yang namanya seni bela diri. Tetapi sampai umur segini, belum pernah satu pun cabang bela diri yang pernah aku ikuti. Seharusnya minimal Pencak Silat lah atau Taekwondo atau Karate, yang komunitasnya mudah ditemukan di Indonesia.
Tetapi itu sih tidak seberapa aku sesali. Yang aku sesali itu, aku melewatkan kesempatan untuk mempelajari banyak filosofi hidup yang terkandung dalam seni bela diri itu sendiri. Aku suka mempelajari teori dan mengamati serta mencoba menemukan makna dari filosofi-filosofi seni bela diri. Menurutku sangat menarik. Dari kaca mata pengamat saja, rasanya aku menemukan suatu hidup yang ingin aku capai. Tapi ketika aku hanya sebagai pengamat, timbul perasaan ya kok cuma teori tok, ya?
Ya karena aku gak bisa praktek sih. Aku juga sangat ingin mencoba mengikuti jalan samurai, jalan para ksatria pedang, Bushindo. Mereka yang mengasah kehalusan budi untuk mengendalikan tidak hanya skill tetapi juga spirit dan ketenangan jiwa. Di situlah makna spiritual-spiritual yang hendak aku cari dan hendak aku capai kemudian digabungkan dengan detak-detak jiwa yang berbisik mengisi dada. Dan ketika sudah gede begini ketika hendak memulai, rasanya itu kok… selalu terbentur dengan kewajiban-kewajiban yang lain dan aku tidak akan sanggup lagi untuk menyisakan waktu untuk itu semuanya.
Selanjutnya… ya kalau ini bukan penyesalan sih, tetapi memang seseorang itu selalu mengalami evolusi, seperti aku, entahlah dulu mengapa sih kok gak ngebet sama buku nonfiksi. Sekarang aja malah ngebet pakai banget. Prosentase koleksiku kalu dulu antara Fiksi dan Non-Fiksi itu 80% berbanding dengan 20% sekarang 40% dan 60%. Dan rasanya cenut-cenut nih di kepala, sekarang, hampir meledak gitu karena harus mendobrak dan membedah begini sulitnya. Andai minatku untuk lebih mendalami nonfiksi sudah terjadi ketika dulu aku sedang getol-getolnya membaca fiksi itu, mungkin aku tidak akan sesulit ini memahami beberapa literasi non fiksi. Karena waktu yang masih cukup longgar.
“What are three things you wish you were better at?”
Organizing.
Mengorganisasi.
Karena tulisan ini sudah menjadi sangat panjang, sampai tulisan ini dibuat sudah terhitung sebagai 1434 kata. Semoga masih cukup nyaman dibaca dan tidak terlalu panjang.
Jadi saya terangkan dulu (udah ketularan gayanya si Rocky Gerung ha ha ha). Menurut kamus besar bahasa Inggris —ternyata masih KBBI juga, Sep!!— Organizing yaitu :
- arrange into a structured whole; order: organize lessons in a planned way.
- coordinate the activities of (a person or group of people) efficiently: organize and lead a group of people.
Menyusun kedalam satu kesatuan struktur yang menyeluruh; menata atau merapikan : contoh menata pelajaran-pelajaran dalam suatu rencana. Kalau bahasa anak kuliahan ya SKS gitu lah.
Mengordinasi aktivitas-aktivitas dari satu kelompak atau seseorang dengan efisien: Mengatur dan memimpin sekelompok orang.
Jadi dari pengertian-pengertian di atas, ngerti kan? Seharusnya aku melakukannya lebih baik. Karena aku merasa aku terlahir sebagi natural leader, memiliki bakat kepemimpinan.
Ketika SD menjadi Ketua Kelas. Di mana jabatan itu dan saat itu adalah jabatan yang sangat prestisius dan membanggakan. Aku memimpin teman-temanku untuk berbaris satu-satu di depan pintu untuk masuk kelas dengan disiplin dan rapi lalu mencium tangan guruku. Aku juga yang memimpin berdo’a setiap pelajaran akan dimulai dan akan di akhiri. Aku juga memiliki hak veto untuk menyuruh siapa yang harus membersihkan papan tulis, siapa yang harus mengambil kapur dan siapa yang harus mengambil air untuk cuci tangan.
Ketika SMP aku menjabat sebagai ketua kelas di tahun kedua, ketua osis di tahun kedua dan di rumah menjadi ketua IPNU tahun ketika aku kelas 3 SMP.
Ketika SMA menjadi Wakil Ketua dan memimpin redaksi majalah dinding.
Seharusnya aku bisa memimpin dengan lebih baik untuk membawa mereka menuju suatu visi. Tapi dasar ya aku masih sangat muda dan minim literasi jadi aku enggak ngerti kecuali menuruti insting aja kemana organisasi ini akan di bawa.
Nah begitulah, Amigos, Three things I wish I were better at. Loving, Learning and Organizing. Alhamdulillah saya bisa menyelesaikannya malam ini. Now I shall have peace, fiuuuh!! Sekarang aku tantang kamu untuk menyebutkan hal yang sama. Boleh di tinggalkan di kolom komentar. Boleh di tulis di mana aja suka-suka kamu; blog, jurnal atau twitter atau instagram. Terserah!
Selamat Malam!!! Salam dari Saya Andy Riyan. Masih dari Desa Hujan.
Bagus banget tulisannya, menginspirasi sekali, suka sekali dengan gaya tulis seperti ini, seperti saya di bawa membaca kisah saya sendiri, berharap kalau ada waktu ingin membuat kisah tentang ini 😆
LikeLike
Terima kasih apresiasinya. Syukurlah kalau menginspirasi. Yuk saling berbagi. Ya haruslah bikin… nanti di share. 😀 😀
LikeLike
Iya..👍👍
LikeLike
Dalem banget makna tulisannya. Kalo aku mungkin love myself yg paling penting. 😁
LikeLike
Wkwkwk. Terima kasih apresiasinya, apresiasi yang cukup penting untuk saya sebagai penulisnya agar bisa terus berbagi.
Love my self boleh… boleh… suka-suka Mbak Grant-lah… tapi jangan terlalu mencintai diri sendiri yak… gak enak 😀 😀
LikeLike
Oke baiklah. 😁
LikeLike