Daily writing prompt
How do you unwind after a demanding day?

fundamentalisme

Tiga hari terakhir ini saya selalu pulang telat. Saya baru tiba di rumah saat waktu sholat Magrib sudah masuk. Sehingga sedikit berefek pada kegiatan sehari-hari yang biasa sudah saya jalani. Malam ini sehabis Isya’ ketika saya memeriksa agenda mingguan terkait dengan blog, saya mendapatkan informasi ternyata terkahir kali saya meng-upload tulisan non-fiksi yaitu 7 hari yang lalu. Itu artinya malam ini saya harus begadang untuk melakukan—satu hal yang menurut saya adalah—pekerjaan paling besar dan paling sulit dalam dunia tulis menulis dan blogging yaitu, tidak lain dan tidak bukan adalah menyunting tulisan. Ah padahal pagi-pagi sekali saya juga sudah harus tiba di tempat kerja.

Faedah mengetahui pekerjaan terbesar dan tersulit dari kegitan blogging—dan tulis menulis—adalah saya bisa mengapresiasi seremeh apa pun tulisan itu. Ya… meskipun begitu, saya tetap jujur—terlebih lagi terhadap diri saya sendiri—yaitu saya hanya tertarik untuk memberikan like dan komentar hanya pada tulisan-tulisan yang memang saya suka dan menarik untuk saya. Dengan begitu saya tidak mengurangi apresiasi saya kepada temen-temen penulis. Sungguh saya selalu ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah dengan baik hati membagikan informasi dan menyajikan tulisan dengan baik dan yang tak kalah penting… GRATIS. Ya saya akui, saya memang lebih banyak menjadi tipe silent reader dari pada vocal reader, tetapi sungguh saya salut kepada mereka, temen-temen penulis, yang dengan telaten dan dengan penuh cinta telah menerbitkan tulisannya setelah melalui serangkaian kegiatan penyuntingan. Karena saya tahu dan memahami bahwa menyunting teks adalah pekerjaan tersendiri yang sangat menguras tenaga.

Karena bagi saya hal yang fundamental dari mengapresai suatu seni adalah jujur. Bukan hanya sekedar respon timbal balik. Bukan hanya sekedar jika saya memberikan like dan komentar pada satu postingan maka nanti saya boleh berharap orang itu akan memberikan komentar dan like di tulisan saya. Karena menurut saya itu absurd. Tanda suka yang palsu dan komentar yang hanya sekedar membesarkan hati itu tidak membantu untuk meningkatkan level kepenulisan. Saya jadi ingat kata-kata Ahmad Albar, “Seni, apa pun itu bentuknya kalau dikerjakan dengan sungguh-sungguh hasilnya akan sangat bagus dan luar biasa.” Jadi false like and comment menurut saya akan membuat seseorang terlena untuk mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.

Dan karena saya sudah menyinggung kata “fundamental” saya jadi tertarik untuk membahas satu kata yang sering membuat orang bingung, sering membuat keki… risih… karena orang tak paham benar dengan istilah fundamentalis. Kata fundamentalis dan fundamentalisme, sebelas dua belas dengan kata radikal, sering dikonotasikan negatif seperti sebuah paham yang sangat buruk dan bisa menghancurkan sistem tata nilai yang sudah mapan. Seperti hendak meruntuhkan suatu negara dengan asas radikalisme dan terorisme. Atau seperti suatu akar pemberontakan. Apakah sesungguhnya demikian makna fundamentalisme?

Ya memang sih, kalau diruntut dalam sejarah fundamentalisme bisa menjadi asal muasal, akar maslah ini. Yaitu memunculkan aspek ultra nasionalis dan sikap fanatik. Dengan mengembalikan suatu ajaran atau doktrin kepada asal muasal, kepada masalah yang sesungguhnya rasa-rasanya itu membangkitkan nostalgia tentang kejayaan masa lalu. Sebagai contoh saja Hitler yang mencoba mengingatkan Ras Arya sebagi ras yang paling unggul dalam nostalgianya. Sehingga timbul sesuatu yang aku tak benar-benar paham mengapapa ada peristiwa Holocaust dan paham anti semit.

Tetapi sebentar dulu…

Agar kita tidak terjebak hanya pada istilah, lebih baik kita coba kupas perlahan-lahan, sambil belajar tentunya. Karena terjebak hanya pada istilah dan kata sehingga menjadi paranoid setelah mendengar kata-kata tersebut adalah mimpi paling buruk dalam hidup ini. Kita takut dengan istilah yang kita tidak paham benar adalah mimpi buruk dan sangat konyol.

Kenapa Fundamentalisme sering dikonotasikan pada agama? Alasannya karena kejadiannya sering kali pada soal pemurnian agama dan segala sesuatu yang berawal dari dan berkaitan dengan agama.

Apa itu fundamentalisme? Yaitu yaitu suatu kehidupan atau pandangan hidup yang bersumber pada kepatuhan terhadap tolok ukur keyakinan dan perilaku yang bersifat intuitif yaitu diserap secara spontan dan langsung tanpa perlu bukti dan tidak putuh penunjang. Merupakan sebuah nilai kepatuhan mutlak terhadap dasar-dasar yang otoritatif sebagai pandangan dan cara pandang manusia yang bisa bersumber dari nabi berupa wahyu, naskah atau nash. Bisa juga bersumber dari perkataan orang bijak semacam Taoisme dan kebijaksanaan rakyat. Sumber-sumber kepatuhan yang intiuitif tersebut tidak ada tafsir mendua. Segalanya diterima secara harfiah seperti apa yang telah diturunkan kepada nabinya. Tanpa penafsiran dan becampur secara filosofis maupun intelektualis. Sehingga tidak boleh ada tafsir yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.

Untuk menyelesaikan masalah, fundamentalisme menginginkan sebuah jawaban. Dan biasanya jawaban-jawaban yang didapat adalah sederhana. Langsung pada inti masalah dan lagi-lagi tidak ada tafisr yang mendua. Artinya benar sebagaimana apa adanya. Jawabannya adalah absah dan mutlak. Karena fundamentalisme yang bersifat kepatuhan secara harfiah dan absah tersebut makan terkadang bertentangan dengan kaum filosofis dan intelektualis. Kaum fundamentalisme melahirkan gerakan penyucian dan pemurnian dari penyelewengan-penyelewengan akibat sesat pikir dan cacat akal sehat dari kaum filosofis dan intelektualis. Sehaingga fundamentalisme dimaknai sebagai upaya kembali kepada akal sehat, untuk membersihkan masyarakat dari kotoran-kotran pemikiran yang sesat. Gerakan pemurnian itu dilakukan dengan ceara mengenyahkan hal-hal yang tidak perlu seperti pikiran filsafat yang cenderung menyesatkan.

Sebagai contoh, setelah manusia masuk dalam era yang serba materialistik, mewah dan hedonisme; fundamentalisme mengajak manusia untuk kembali kepada perhatian akan keperluan-keperluan mendasar dan pokok bagi umat manusia seperti yang seharusnya. Contoh lain, dalam khazanah menggugat pendidikan, yang akhir-akhir ini semakin jauh dari tujuan semula pendidikan, maka fundamentalisme ini berarti kembali kepada tujuan penting dari pendidkan itu sendiri, yaitu demi kemanusiaan. Kalau bahasa saya, tidak ada artinya sekolahan yang muluk-muluk, ndakik-ndakik, kurikulum yang wah dan status akreditasi yang amazing kalau itu melupakan esensi dasar dari kependidikan yaitu kemanusiaan. Dan contoh lain dalam agama—Islam misalnya—berarti kembali kepada Alquran dan pemahaman Alquran di masa rasullulah dan sahabat ditunjang dengan hadis sebagaimana yang diterima oleh dari Rosulullah.

Biasanya untuk mensyukseskan gerakan pemurnian ini, perlu kembali atau mengembalikan kenangan akan kejayaan masa silam yang lebih baik daripada masa sekarang. Untuk kembali menyusun tatanan semesta yang selaras dan harmonis dengan tuntutan-tuntuntan keyakinan dan perilaku tradisional. Sehingga fundamentalisme sering dianggap sebagai gerakan yang radikal karena membabat habis apa yang menyeleweng. Dan celakanya fundamentalisme selalu dikonotasikan kepada agama padahal punya ranting-ranting yang sekuler.

Orang sering salah memaknai fundamentalisme sebagai radikalisme. Padahal dua hal tersbut berbeda. Fundamentalisme adalah kembali kepada aspek-asek mendasar tentang keperluan dasar yang perlu dan pokok dan mengesampingkan atau mengenyahkan pikiran-pikiran sesat.

Yang menjadi pemahaman yang tumpang tidih adalah karena sangat jarang tokoh fundamentalisme yang benar-benar murni menyinggung tentang agama atau aspek mendasar tentang agama. Sangat jarang yang benar-benar murni menyinggung mengenai aspek kemanusiaan. Namun fundamentalisme lebih sering disinggung dan bersinggungan dengan politik. Dimana politik yang mengatasnamakan gerakan pemurnian yang dibawa oleh tokoh politik hampir selalu mengatasnamakan agama. Di sinilah letak kesalahpahaman dan kerancuan makna fundamentalisme. Jadi dari sini sudah sangat jelas bedanya fundamentalisme yang mendasar dengan fundamentalisme yang berkepentingan politik. Sangat buruk dan fatal apabila fundametalisme sampai bisa melahirkan kefanatikan akibat politik sebagaimana paham Fasis yang bahkan menjadi sikap ultra nasionalis.

Kerancuan-kerancuan fundamentalime adalah adanya ranting sekuler meski dikonotasikan dengan hal yang bersifat relijius. Itu yang pertama. Yang kedua, tidak tegas atau tidak menegaskan suatu keyakinan agama tertentu. Sehingga maknanya mengabur. Walau seseakli sering menggunkan istilah-istilah yang relijius tetapi porsinya lebih kepada akal sehat. Tidak lagi kepatuhan harfiah kepada satu teks atau naskah yang bersifat intuitif lagi.

Kesalahpahaman Memaknai Kata Fundamentalisme © Andy Riyan | Novmember 2019


Discover more from Jejakandi

Subscribe to get the latest posts to your email.

5 responses to “Kesalahpahaman Memaknai Kata Fundamentalisme”

  1. Ayu Frani Avatar

    Wooo…

    Pemahaman dan pendalaman topik yang luar biasa, Mas Andi.
    Saya salut dengan kedalaman pengetahuan Mas Andi terkait dengan topik yang dibahas di tulisan ini. Menarik sekali 👍

    Like

    1. jejakandi Avatar

      Terima kasih, Mbak Ayu.

      Kan saya belajar dari Mbak Ayu bagaimana untuk lebih mendalam pada topik-topik tertentu.

      Liked by 1 person

      1. Ayu Frani Avatar

        Wah, saya jadi tersanjung. Tapi, mikir juga, saya siapa begitu. Kita memiliki gaya menulis masing-masing, dan itu juga disesuaikan dengan nyaman atau tidak nyamannya kita dalam mengekspresikan diri.

        hahaha, saya ngomong apa ini ? hahaha

        Like

  2. febridwicahya Avatar

    Gilaaaaak ._.

    Bisa serinci itu ._. saya merasa kecil sekali, yang kurang begitu paham.

    Ya ampon :’

    Like

    1. jejakandi Avatar

      Dengan pemahaman yang nanggung ini, saya juga merasa sangat kecil, jangankan di dunia ataupun di Indonesia, di kampung saya sendiri saya cuma bisa jadi penonton akan fenomena-fenomena yang terjadi.

      Liked by 1 person

Katakan sesuatu/ Say something

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Halo

Saya Andy Riyan

Selamat datang di dunia saya yang penuh dengan kata-kata dan inspirasi dari segelas kopi yang mengalir lincir dalam benak dan jiwa. Saya adalah seorang pengembara lembaran-lembaran makna, menelusuri dunia melalui kisah-kisah yang saya temui dalam buku-buku yang saya baca.

Mengindentifikasi diri sebagai pecinta kata-kata dan pengagum gagasan, saya selalu mencari inspirasi dalam setiap halaman yang saya telusuri. Dari filsafat yang dalam hingga petualangan yang mendebarkan, setiap cerita membawa saya lebih dekat pada pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan diri saya sendiri.

Saat tidak sibuk, sebagian besar waktu saya habiskan untuk menyusun tulisan-tulisan saya. Kamu mungkin menemukan saya duduk di sudut kedai kopi favorit saya, memperhatikan pola-pola kehidupan sambil menyeruput secangkir kopi yang harum. Kopi bagi saya bukan hanya minuman, tetapi juga teman setia dalam perjalanan melintasi halaman-halaman buku dan dunia.

“Menulis adalah obat bagi jiwa yang tersesat,” adalah moto yang membimbing langkah-langkah saya dalam mengekspresikan pemikiran dan perasaan saya melalui tulisan.

Di sini, di “Desa Hujan” – tempat di mana kata-kata turun seperti hujan dan jiwa yang berseri-seri menyambutnya – saya dengan senang hati menyapa kalian, Amigos. Mari kita menjelajahi alam semesta kata-kata dan membangun jaringan yang kokoh antara pikiran dan hati kita.

Salam literasi dan selamat menelusuri halaman-halaman kehidupan!

Let’s connect

Discover more from Jejakandi

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading